Diskusi Kampus: "Pemilu 2009: Jalan Demokratis Menuju Kesejahteraan"

"Universitas Nasional, 31 Maret 2009, pukul 13.00 – 16.00.
Berbicara sebagai salah satu narasumber dalam diskusi publik bertema ” Pemilu 2009: Jalan Demokratis Menuju Kesejahteraan "" yang diselenggarakan di Aula Blok I Universitas Nasional, Jl. Sawo Manila, Pejaten, Pasar Minggu, pada Selasa, 31 Maret 2009, pukul 13.00 – 16.00 yang lalu, Rizal Mallarangeng kembali menegaskan pandangan yang selama ini cukup sering ia kemukakan bahwa demokrasi kompatibel dengan kesejahteraan, demokrasi sangat mungkin membawa kesejahteraan.

”Demokrasi adalah salah satu alat, salah satu sarana, yang terbaik dari berbagai sistem yang ada, yang sangat mungkin menghasilkan kesejahteraan. Salah satu kunci kemajuan suatu bangsa yang membawa kepada kesejahteraan adalah semangat untuk maju, semangat untuk bebas, semangat untuk berkreativitas dan melakukan inovasi. Semangat untuk bebas dalam berkreasi dan berinovasi ini hanya dimungkinkan dalam demokrasi,” ujar Rizal seraya menunjukkan beberapa contoh negara yang sejahtera karena sistemnya demokratis, seperti Prancis, Inggris, dan Amerika.

Lebih jauh, penulis buku Dari Langit ini menambahkan, ”Kita tentu tidak ingin hanya sejahtera, tapi tidak memiliki kebebasan. Singapura adalah contoh negara yang maju dan sejahtera, tapi tidak ada kebebasan di sana. Kita lebih baik bebas dulu, demokratis dulu, dan dengan kebebasan itu kita mengejar kesejahteraan. Contoh negara yang bebas dan demokratis yang kemudian berhasil mengejar kesejahteraannya adalah India.”

Pandangan dan penegasan Direktur Eksekutif Freedom Institute ini dibenarkan oleh Ansy Lema (Dosen FISIP UNAS) yang juga menjadi salah satu narasumber dalam diskusi kampus ini. “Apakah demokrasi bisa mendatangkan kesejahteraan? Jawabannya sangat jelas dan tegas: bisa dan sangat bisa. Mengapa? Apa alasannya? Alasannya sangat sederhana: dalam demokrasi ada kontrol yang ekstra ketat yang dilakukan oleh civil society terhadap praktik penyelenggaraan kekuasaan negara. Para pemimpin tidak bisa bersikap sewenang-wenang, dan dengan demikian distribusi sumber-sumber daya negara bisa berlangsung adil dan merata,” ungkap pengamat politik yang sering memandu acara di TVRI ini.

Diskusi di kampus yang didirikan oleh Sutan Takdir Alisjahbana ini sendiri dihadiri oleh sekitar 150 peserta, dan terselenggara berkat kerjasama Senat Mahasiswa FISIP Universitas Nasional, dengan Friedrich Naumann Stiftung (FNS) dan Freedom Institute.

Zaim Rofiqi: Universitas Nasional, 31 Maret 2009, pukul 13.00 – 16.00

 

Enjoyed this article? Stay informed by joining our newsletter!

Comments

You must be logged in to post a comment.