Diskusi "Pro dan Kontra Liberalisme di Indonesia"

Pembicara : Rizal Mallarangeng dan Fadjroel Rahman

Moderator : Ihsan Ali Fauzi

Petikan acaranya: Dr. Yudi Latif. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Terima kasih atas kedatangan saudara-saudara menghadiri diskusi ini. Memang kalau temanya berat, biasanya agak jarang yang berminat, tapi kalau tujuh jalan menuju surga itu biasanya penuh ruangan ini. Kenapa Paramadina dalam rangka 20 tahun berdirinya ini mensponsori satu diskusi tentang liberalisme.

Saya duga ada beberapa hal disini. Pertama, Paramadina memang sering dikait-kaitkan dengan satu institusi yang menjajakan atau memasarkan pikiran-pikiran liberal, yang kadang-kadang juga kemudian dikaburkan dengan liberalisme. Kedua, tema liberal dan liberalisme ini, tema yang sering sekali dibincangkan orang dan dibicarakan di mana-mana, tapi dengan pengertian yang serba kabur.

Untuk itu, kita berdiskusi hari ini untuk melihat peta bumi persoalan, sesungguhnya apakah Paramadina itu mendukung liberal aatau mendukung liberalisme? Tergantung nanti kita bisa memposisikan nantinya, di mana posisi JIL misalnya, apakah JIL itu berada pada titik liberal atau masuk pada level liberalisme. Sebagai seorang Geneologis, saya selalu percaya bahwa istilah itu punya akar, kaki, dan punya lokasi historisnya tersendiri, sehingga pada setiap moment tertentu selalu punya meaning yang berbeda-beda. Sehingga dengan menjelajahi pikiran liberal ini, kita akan memperoleh suatu fakta bahwa seringkali pengertian ini bisa berubah sepanjang zaman.

Untuk memudahkan kita, ada baiknya kita melihat apa yang menjadi keyword Reimond William. Dia mengatakan bahwa pikiran liberal itu atau istilah liberal itu berjelajah sepanjang waktu dengan makna yang kadang-kadang bertolak belakang satu dengan lainnya. Tetapi asumsi dasarnya adalah bahwa setiap istilah ini sejak awal selalu punya keterkaitan kelas dan posisi sosial-ekonomi dari ide ini.

Istilah liberal muncul dalam bahasa Inggris pada abad ke-14, dari bahasa latin Liberale yang artinya class of free man, satu kelas dari orang-orang merdeka atau mereka yang bisa dibedakan dari slave, atau mereka yang independent dari sisi ekonomi. Nah, derivasi dari kata-kata liberal seperti ini, kita mendapatkan istilah seperti liberal arts. Kenapa dikatakan liberal arts? Itu berarti Keterampilan yang dimiliki oleh kelompok-kelompok masyarakat, yang kira-kira memiliki derajat independensi tertentu, yang dari blue colour atau label class, atau mereka yang memilki keterampilan ahli, sehingga mereka mempunyai derajat independent tertentu.

Kita juga bisa mengenal liberal science yang dikaitkan dengan, seperti matematika, fisika, yang menentukan derajat-derajat otonomi individu yang lebih tinggi ketimbang misalkan pelajaran-pelajaran yang lain, seperti keterampilan-keterampilan yang sifatnya praktis. Nah, makna liberal ini mengalami konteks sosial-politik, kira-kira pada abad ke 18-19, seiring dengan revolusi besar kaum borjuasi di Eropa, dengan munculnya borjuis public sphere sejak abad 18.

Di mana kemudian ide-ide liberal ini mendapat basis dukungan sosial yang muncul dari kaum borjuasi. Tapi pada tahap-tahap awal, kelompok borjuasi ini juga muncul dari kalangan Aristokrat. Sehingga pada awalnya, yaitu pada abad ke-18, liberal itu identik dengan apa yang open minded atau progressive ideas yang pada awalnya diasosiasikan kepada kelompok radikal atau kiri.

transkrip diskusi unduh

Enjoyed this article? Stay informed by joining our newsletter!

Comments

You must be logged in to post a comment.