PREDIKSI EKONOMI ERA JOKOWI: NOT WHAT BUT HOW
Laporan Diskusi Publik: “Ekonomi di Era Jokowi: Seperti Apa?” kerjasama Freedom Institut & FNF-Indonesia
Jakarta – Tantangan yang dihadapi Presiden terpilih Joko Widodo alias Jokowi di bidang ekonomi tidak mudah. Jika pemerintahan Jokowi mau memenuhi janjinya kepada rakyat Indonesia yang telah menaruh kepercayaan besar pada dirinya, maka dia harus membuat terobosan penting. Sejumlah agenda reformasi di bidang ekonomi sudah menuggu. Yang ditunggu oleh publik bukan sekedar apa daftar niat baik yang mau dilakukan pemerintah Jokowi, tetapi bagaimana dia akan melakukannya. Dengan kata lain, bukan soal “what” tetapi “how”.
Demikian salah satu rangkuman diskusi tentang Ekonomi Indonesia di Era yang diselenggarakan oleh Freedom Institute bersama Friedrich Naumann Stiftung fur die Freiheit pada Senin, 1 September 2014. Dua ekonom muda tampil sebagai pembicara dalam diskusi ini. Yang pertama, Dr. Ari A Perdana dari Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) dan Dr. I Kadek Dian Sutisna Artha dari LPEM UI.Diskusi dimoderatori oleh Ulil Abshar Abdalla.
Perdana menyebut sejumlah tantangan krusial yang dihadapi pemerintahan Jokowi, misalnya mengungarngi subsidi BBM agar tersedia ruang fiskal yang cukup bagi pemerintahan mendatang untuk membiayai sejumlah rencana besar yang diniatkan Jokowi. Tapi Perdana mengatakan bahwa tak cukup hanya mengurangi BBM, tetapi pemerintahan Jokowi harus melakukan reformasi yang komprehensif di bidang energi – agenda yang kurang terpikirkan dengan serius di era pemerintahan SBY.
Perdana juga menyebut tentang pentingnya perhatian pemerintah mendatang di bidang pembangunan infrastruktur. Saat ini, belanja negara di sektor infrastruktur sekitar 2% dari GDP (bandingkan dengan Indonesia di tahun 1995 yang membelanjakan 9,5% di sektor infrastrukur; China dan India sekitar 10%).
Kondisi ekonomi Indonesia di era SBY 2004-2014 tidak jelek dibandingkan dengan keadaan ekonomi di kawasan Asia atau dunia pada umumnya. Indonesia mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi selama sepuluh tahun berturut-turut. Tetapi, kata Perdana, banyak tantangan yang dihadapi ke depan, apalagi dengan situasi ekonomi dunia yang mengalami pelambatan.
Sementara Dr. I Kadek Dian Sutisna Artha mengemukakan asumsi pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga 2018. Berdasarkan data dari Kementerian Keuangan, prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia berkisar antara 5,3% [pada 2014 hingga 7,4% pada 2018. Sementara itu, lifting minyak cenderung mengalami penurunan hingga 2018 pada angka700-800 ribu barrel/hari, turun dari 804 ribu barrel/hari saat ini. Tentu saja, ini makin menciptakan beban fiskal yang besar jika tidak ada upaya untuk mengurangi subsidi minya dan reformasi sektor energi secara komprehensif. Apalagi jika dilihat bahwa konsumsi minyak terus meningkat dari tahun ke tahun.
Menurut Dr. Artha, memang ruang fiskal yang dimiliki Jokowi tidak cukup besar, sementara harapan publik terhadap Jokowi cukup besar. Tantangan bagi Jokowi adalah bagaimana melakukan terobosan yang cukup berani, walau tidak populer, di bulan-bulan awal pemerintahannya saat kepercayaan publik masih cukup besar.
Ternyata cukup banyak masyarakat yang tertarik dengan tema ini. Buktinya peserta yang hadir dalam diskusi ini cukup membludak memenuhi Ballroom. Beberapa peserta terpaksa berdiri atau duduk di lantai karena tidak kebagian kursi, panitia menyediakan 115 kursi. Peserta yang menanggapi pembicara pun antusias. Diskusi berlangsung dari jam 19 dan diakhiri jam 21.30.
Bahan presentasi pembicara dapat di unggah di laman :
Bahan untuk Ari Perdana : http://goo.gl/EmRpPC
Bahan untuk I Kadek Dian : http://goo.gl/TLqCfo
Diskusi ini dapat dilihat di youtube : http://goo.gl/It9cl7
Dokumentasi foto : http://goo.gl/yfnlsr
Audio diskusi : http://goo.gl/syspkI
< Prev | Next > |
---|