Benarkah Al Quran Berpolemik?

Oleh: Hendra Sunandar

Jakarta - Mungkin bagi sebagian kecil umat islam, judul ini tidak layak untuk dipertanyakan karena dipandang dapat menggangu keimanan mereka, tetapi bagi sebagian umat islam lain yang tidak menerima secara mentah-mentah apa yang terkandung dalam Al-Quran atau yang menggunakan nalar dalam proses pembacaan Quran, maka sepatutnya topik ini dipertanyakan. Terlebih dalam etika akademik, ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang bebas nilai, karena di dalamnya bukan saja menyangkut baik atau buruk tetapi lebih menyangkut pada persoalan benar atau salah. Judul tulisan ini merupakan pertanyaan dari buku yang ditulis oleh Mun’im Sirry yang lebih lengkapnya adalah “Polemik Kitab Suci : Tafsir Reformasi Atas Kritik Al-Quran Terhadap Agama Lain” yang sudah diterbitkan Oxford University Press tahun 2014. Buku itu juga yang menjadi topik diskusi yang diselenggarakan di Freedom Institute pada tanggal 2 Juli 2015 yang berlangsung di Ballroom Wisma Proklamasi dengan menghadirkan Mun’im Sirry (Assistant Professor University of Notre Dame) dan Muhammad Ali (Assistant Professor University of California, Riverside) sebagai Narasumber.

Menurut Mun’im, Polemik dalam Quran begitu tampak dalam kritik-kritik yang dituangkan oleh Quran terhadap agama lain yang lahir dari masyarakat yang berpolemik, sehingga Qur’an mengikuti polemik yang berlangsung dalam sejarah. Oleh karenanya, seringkali Qur’an medistorsi sejarah. Ini menjadi kekeliruan besar karena seringkali Qur’an dijadikan rujukan utama bagi sebagian besar umat islam yang menerima secara mentah-mentah. Polemik tersebut berkaitan dengan fakta Yahudi dan Kristen yang harus dipahami secara jujur, karena seringkali Quran memiliki pandangan yang eksklusif terhadap agama selain islam. Selain itu, penyebutan terhadap umat Kristen juga tidak tunggal, seperti misalnya Ahlul-kitab, Ahlul-Injil dan Nasrani. Dalam diskusi tersebut, Mun’im lebih banyak menyodorkan ayat Quran yang polemik dalam mempersoalkan kepercayaan Umat Kristen, terutama tentang Ketuhanan Isa dan Konsep Trinitas. Selain itu, menurut Mun’im, teks yang terkandung dalam surat Al-Maidah ayat 17 tidak pasti mengecam kristiani sebab Al Kitab sendiri tidak pernah menyatakan bahwa Tuhan adalah Yesus, tetapi lebih tepatnya Yesus adalah Tuhan. Selain itu Mun’im juga mengatakan “Bahwa yang dikritik Qur’an bukanlah ajaran mainstrem orang Kristen tetapi juga ajaran yang ditolak oleh orang Kristen sendiri,” imbuhnya. Ini menjadi temuan penting guna membangun pendekatan dialog antar agama.

Muhammad Ali sebagai narasumber kedua lebih banyak mempertanyakan secara detail tentang definisi polemik yang digunakan. Atau mungkinkah pendekatan polemik ini sebagai satu-satunya pendekatan dalam menjelaskan Quran? Serta mempertanyakan keberadaan Qur’an dalam basis economical? Hal tersebut penting dipertanyakan, mengingat kompleksitas yang terjadi ketika Islam awal muncul. Ali juga menegaskan bahwa memahami konteks menjadi penting untuk menghindari tafsir Qur’an yang irrasional. Karena ini yang seringkali diabaikan oleh sebagian umat Islam sehingga memicu kekerasan antar umat beragama karena tafsir yang irrasional.

Ali juga sebagai dosen di University of California juga menegaskan bahwa Qur’an bukanlah buku sejarah, sehingga menjadi kekeliruan besar apabila umat Islam memahami sejarah hanya melalui Qur’an dan mengabaikan sumber-sumber lain. Misalnya, jika Qur’an dipaksakan untuk menjelaskan Kristen dan Yahudi maka sudah pasti hasilnya akan keliru. Diakhir, Ali mengatakan “Dengan begitu maka Islam dengan sendirinya tidak muncul sebagai agama yang mandiri, kalau Islam dipahami hanya sebagai respon terhadap agama lain yang lahir sebelumnya maka tuduhan islam sebagai klaim yang paling benar menjadi hancur,” imbuhnya.

Oleh karenanya buku ini menjadi sumbangan penting dalam rangka membangun teologi dialog antar agama yang seringkali diabaikan oleh sebagian umat Islam. “Sehingga penting bagi umat Islam untuk memahami bahwa kritik-kritik Quran (terhadap agama lain) sebagai statement yang berpolemik,” ujar Mun’im diakhir diskusi.

Enjoyed this article? Stay informed by joining our newsletter!

Comments

You must be logged in to post a comment.