Jaringan Muslim untuk Kebebasan dan Pencerahan

Gambar oleh john Ioannidis dari Pixabay

Selama tiga hari (11-13 Juli), Deputi Direktur Freedom Institute, Luthfi Assyaukanie, menghadiri lokakarya tentang Budaya dan Agama di Asia Tenggara yang diselenggarakan oleh Southeast Asian Muslims for Freedom and Enlightenment (Seamus), sebuah lembaga pemikiran berbasis di Kuala Lumpur. Acara itu diselenggarakan di Manila dan dihadiri oleh puluhan peserta dari negara yang tergabung dalam jaringan itu, yakni Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Thailand.

Seamus adalah sebuah jaringan intelektual yang menghubungkan para intelektual, pemikir, dan aktivis Muslim dari negara-negara Asean. Sejauh ini, baru lima negara yang menjadi anggota tetap, dan akan terus diperluas ke negara-negara anggota Asean lainnya. Seamus didirikan pada 2007 dengan sebuah tekad untuk menyebarkan gagasan-gagasan kebebasan dan pencerahan di Asia Tenggara, khususnya kepada masyarakat Muslim di kawasan itu. Luthfi adalah penggagas dan salah satu pendiri lembaga ini, di samping dua intelektual lainnya, yakni Al-Mustaqeem Mahmod Radhi (Malaysia) dan Mohamed Imran Mohamed Taib (Singapura)." Selama tiga hari (11-13 Juli), Deputi Direktur Freedom Institute, Luthfi Assyaukanie, menghadiri lokakarya tentang Budaya dan Agama di Asia Tenggara yang diselenggarakan oleh Southeast Asian Muslims for Freedom and Enlightenment (Seamus), sebuah lembaga pemikiran berbasis di Kuala Lumpur. Acara itu diselenggarakan di Manila dan dihadiri oleh puluhan peserta dari negara yang tergabung dalam jaringan itu, yakni Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Thailand.

Seamus adalah sebuah jaringan intelektual yang menghubungkan para intelektual, pemikir, dan aktivis Muslim dari negara-negara Asean. Sejauh ini, baru lima negara yang menjadi anggota tetap, dan akan terus diperluas ke negara-negara anggota Asean lainnya. Seamus didirikan pada 2007 dengan sebuah tekad untuk menyebarkan gagasan-gagasan kebebasan dan pencerahan di Asia Tenggara, khususnya kepada masyarakat Muslim di kawasan itu. Luthfi adalah penggagas dan salah satu pendiri lembaga ini, di samping dua intelektual lainnya, yakni Al-Mustaqeem Mahmod Radhi (Malaysia) dan Mohamed Imran Mohamed Taib (Singapura).

Sejak didirikan, Seamus telah melakukan berbagai kegiatan seperti diskusi publik, penerbitan, seminar, lokakarya, dan kunjungan studi. Lokakarya kali ini adalah yang kedua setelah acara serupa diselenggarakan di Penang, Malaysia, pada November tahun lalu. Lokakarya kali ini menghadirkan dua pembicara kunci, yakni Prof. Mark Woodward, Indonesianis dan pengajar di Arizona State University, AS, dan Prof. Bambang Pranowo, ahli Islam dan pengajar di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Prof. Woodward menyampaikan makalahnya berjudul “Indigenous Indonesian Islam and the Challenge of Wahhabi Colonialism” yang mendapatkan respon sangat beragam dari para peserta. Sementara Prof. Pranowo mengangkat tema “Javanization of Indonesia or Islamization of Java.” Kedua makalah ini menekankan betapa pentingnya peran budaya lokal dalam melawan paham-paham asing yang intoleran dan anti-pluralis. Prof. Woodward mencontohkan beberapa praktik keagamaan lokal seperti selametan, ziarah kubur, maulidan, dan tahlilan, yang berkembang di masyarakat Jawa, mampu menahan serangan atau paling tidak memperlambat penyebaran Wahabisme di Indonesia.

Dalam beberapa responnya kepada Woodward dan Pranowo, Luthfi menegaskan pentingnya memperhatikan dilema baik dalam gerakan pembaruan Islam maupun dalam proyek indigenisasi. Gerakan pembaruan Islam yang bertumpu pada rasionalitas berpotensi mengancam praktik-praktik keagamaan lokal yang bersifat mistis dan takhayul. Sebaliknya, gerakan indigenisasi berpotensi melestarikan kebodohan dan resistensi terhadap perubahan zaman.

Lokakarya tiga hari itu ditutup dengan bincang-bincang bersama Nur Misuari, ketua Moro National Liberation Front (MNLF) di the University of the Philippines, Manila. Dalam sambutannya, Misuari mengapresiasi setiap upaya untuk mempersatukan masyarakat Asean, tidak hanya pada level negara, tapi juga pada level masyarakat. Misuari berharap organisasi seperti Seamus bisa memberikan kontribusi bagi kebebasan dan perdamaian di kawasan ini." 15/07/09

 

Enjoyed this article? Stay informed by joining our newsletter!

Comments

You must be logged in to post a comment.