Diskusi Buku Strategi Menjinakkan Diponegoro
Komunitas Bambu bekerjasama dengan Freedom Institute mengadakan diskusi buku “Strategi Menjinakkan Diponegoro” karya Saleh A. Djamhari pada:
hari,tanggal : Rabu, 27 Agustus 2014
waktu : 19.00–21.00
tempat : Freedom Institute
narasumber : 1. Saleh A. Djamhari (Penulis buku Strategi Menjinakkan Diponegoro)
2. Peter B. R. Carey (Ahli sejarah dari Trinity College Oxford)
moderator : Danang Wahansa (Editor buku Strategi Menjinakkan Diponegoro)
Rundown
No |
Waktu |
Durasi |
Kegiatan |
1 |
13.30 – 14.30 |
60' |
Persiapan acara |
2 |
18.30 – 19.00 |
30' |
Registrasi peserta dan penjualan buku |
3 |
19.00 – 19.20 |
10' |
Pembukaan |
5’ |
Sambutan dari Freedom Institute |
||
5' |
Sambutan dari Komunitas Bambu |
||
4 |
19.20 – 19.40 |
20' |
Pemaparan oleh penulis |
5 |
19.40 – 20.00 |
20' |
Pemaparan oleh pembanding |
6 |
20.00 – 20.50 |
40' |
Diskusi dan tanya jawab peserta |
7 |
20.50 – 21.00 |
10' |
Summary dan penutup dari moderator |
Strategi Menjinakkan Diponegoro
Perang Diponegoro adalah perang yang terkenal, tetapi sedikit sekali yang memahami sebenarnya perang apakah itu? Apakah tujuan kedua belah pihak yang berperang itu untuk mempertahankan kedaulatan, ataukah untuk merebut kedaulatan? Bagaimanakah kekuatan motivasi dan kemampuan memimpin perang pihak Pangeran Diponegoro maupun pihak Belanda dalam mengolah aksi mereka?
Sebagai ahli sejarah militer Saleh A. Djamhari bukan saja berhasil menjawab pertanyaan itu. Kajiannya menjadi lebih luas dan mendalam. Sebab dia tidak hanya puas meliputi kronologi pertempuran, serentetan operasi militer, atau kisah kepahlawan saja. Pergumulan dengan berbagai macam sumber dalam berbagai bahasa membuatnya sukses merekonstruksi secara menarik dan orisinil Perang Diponegoro. Ia tunjukkan perang ini pun bersifat multidimensional. Bukan saja masalah kepemimpinan, strategi dan logistik perang perlu diperhatikan; aspek-aspek ekonomi, sosial dan kultural pun diteliti. Dilihatnya juga aspek ideologi, politik dan diplomasi serta hubungan organisasi juga jaringan pemikiran militer (intellectual network) Diponegoro dengan pihak lokal maupun internasional, seperti dengan Kerajaan Turki Usmani.
Seperti juga John Keegan yang memperlihatkan cara bagaimana mengadakan “refighting World War II” (menggumuli kembali Perang Dunia II), buku ini menyajikan suatu upaya untuk “mengulangi pertempuran”, to refight, sebuah perang yang sangat penting dalam sejarah Indonesia–perang yang cukup lama membingungkan dan menggoyahkan kedudukan pemerintah kolonial di Pulau Jawa pada dekade ketiga abad ke-19.
< Prev | Next > |
---|